Saat ini saya pulang dari Bandung ke Garut dengan kegembiraan, meski kelelahan dan batuk saya tambah parah, bukan halangan meluapkan kegembiraan bahwa Persib bisa ke final (lagi). Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, dalam perjalanan pulang kira2 jam 12, saya ngobrol dg suami saya yang orang minang sekaligus menulis catatan kecil ini.
Seraya ngobrol dan menulis saya kembali mengingat awal masa saya menjatuhkan hati mendukung persib bandung.
Saya lahir di bandung, dan besar di garut. Bapa saya bisa disebut bobotoh tapi saat kecil hanya sedikit informasi yang saya dapat tentang persib. Mungkin karena saya perempuan, saya tidak begitu suka sepak bola. Hanya tau Persib ya klub sepakbola dari bandung/jawabarat.
Ketidaksengajaan yang menjadi awal saya bogoh ka persib. Saat SMA candaan teman saya membuat saya mengosongkan sebagian hati untuk persib. Kala itu temam saya bilang "sa, kabogoh didinya teh pelatih persib??" " hah pelatih persib??" balik nanya. "Iya indra thohir" jawab teman saya. Oh... mungkin karena mantan pacar saya saat itu awal namanya sama. Sepele memang, tapi dari sana saya mencoba mencari tahu (bukan tempe) tentang Persib. Salah satunya menanyakan kepada bapa, ya beliau menceritakan seluk beluk dan sepak terjang tentang Persib.
Dengan bangganya Beliau menceritakan awal mula menjadi bobotoh, pengalamannya nonton persib, dll. Statement yang saya serap adalah orang sunda pasti dukung persib. Cerita bapak memupuk kecintaan saya kepada Persib Padahal saat itu Persib sedang terpuruk di Liga Indonesia karena terancam degradasi. Ya kita ingat saat tahun 2006 Persib terancam degradasi untungnya tidak karena satu klub asal yogyakarta terkena dampak akibat gempa. Saya lupa apa alasannya. Saat itu bobotoh Bukan bermaksud bergembira diatas penderitaan orang lain tapi disetiap musibah pasti ada hikmah.
Kecintaan saya bertambah pada tahun 2007, Persib menjadi juara paruh musim saat ditukangi oleh arcan urie (eh kumaha nulisna??) meski pada akhir musim tidak masuk 8 besar.
Saat itu lagi panasnya demam persib bandung, di kampung saya pun demam persib sangat panas. Saya dan kakak saya (lucki oshima) pagi2 pasti nongkrong di depan tv liat berita ttg persib. Meski cuman sedikit ataupun tidak ada berita, kegiatan sehari2 itu tetap kami jalani. Sampai sampai jika terjadi pertengkaran antara saya dengan kakak saya itu, candaannya " si nisa mah kabogohna b********a" (tanpa bermaksud rasis itu hanya candaan anak remaja). Hadeeeuh...
Hari-hari saya dibumbui dengan berita persib, kecintaan saya makin hari makin bertambah. Dan awal saya punya akun facebook hampir semua fanspage persib saya sukai dan hampir 70% status saya di facebook pasti tentang persib sampai-sampai saya punya (mantan) pacar dari fanspage persib.
Ya, memang persib adalah bagian dari hidup saya. Sekali lagi makin hari makin tambah bogoh ka persib, saya berpikir bagaimana mendeklarasikan bahwa saya ini bobotoh, mau masuk anggota suporter tapi selalu tidak terealisasi. Sampai saya sedikit cemburu melihat kakak saya menjadi salah satu penggagas baraya viking japan dan tahun pertama menjadi wakil ketua BVJ. Saat itu juga adik lelaki saya menyombongkan KTA Viking Garut. Tapi, yasudahlah.
Ketika demam persib, insensitas curahan hati bapak ttg persib bertambah, dan itu menjadi hal yang paling menarik saya untuk mendengarkan. Pernah bapa menceritakan awal mula Bobotoh dan the jak musuhan, Bukan bersikap anarkis ketika persib dan persija main di lebak bulus saat itu saya ingat pemain persib sempat dilempari botol minuman, saat itu saya geram. Dan cerita bapa permusuhan bermula saat salah satu tv swasta mengadakan perlombaan antar suporter, dan saat itu bobotoh/viking menang. Dan mungkin the jak yang merasa dirinya tuan rumah menghadang rombongan bobotoh. Ya saat itu saat semakin geram.
Pernah ketika saya bekerja di bandung, saya hampir berantem dengan teman sekerja gara- gara persib. Ya dia pendukung persija jakarta. Ejekan dia membuat saya tambah geram, meski dia laki-laki tak pantang saya membela tim kesayangan. Terlebih lagi saat bus persib yang akan main ditimpuki batu oleh the jak, anti the jak saya sisipkan di kamus bobotoh saya. Tapi, jika dipikir terlepas dari kesalahan kedua belah pihak. Kedewasaan yang menjadi titik penentu menghilangnya permusuhan antar suporter ini. Dan alhamdulillah, bobotoh makin kesini makin dewasa, bisa menahan amarah. Meski masih ada segelintir bobotoh masih menganut paham rasis. Ya tak apa jika masih dalam batas eajar. Karena dewasa ada waktunya.
Melihat persib langsung dari stadion adalah impian saya dari awal cinta persib. Dan kesampaian saat saya kerja dibandung. Hampir semua pertandingan kandang persib di SJH saya lihat.
Kedahagaan bobotoh terobati ketika Persib menjuarai ISL 2013/2014. Konvoi Persib juara pun saya ikuti. Saya mengajak pacar saya yang ORANG MINANG ikut konvoi, bandung membiru membuat dia berdecak kagum. Ya, katanya salut dengan besarnya dukungan & animoo masyarakat sunda akan persib. Begitulah orang sunda. Dari orang tua sampai anak-anak pasti memdukung Persib. Sampai dia tertawa sekaligus heran melihat dalam satu motor matic dua anak dan ibu bapaknya ikut konvoi, mana salahsatu anak tersebut kira2 umur 1tahunan karena dilihat masih bayi. Pacar saya pun geleng kepala. Dan itulah BOBOTOH. Saya tak henti-hentinya membanggakan Persib dan Bobotoh.
Dan pada saat pembukaan ISL 2014/2015 (yang dihentikan liganya) saat Persib melawan Semen Padang saya ajak pacar saya nonton di stadion, geli sih lihat orang minang saya pakaikan baju persib padahal lawan persib adalah semen padang. Ketika saya tanya pilih mana persib atau semen padang dan dia jawab "Bingung" disatu sisi klub tanah kelahirannya yang main disisi lain ketertarikan dia terhadap persib juga besar (tapi mungkin terpaksa juga karena takut dicut sama saya. Hehe). Saya pun wanti-wanti "awas kalo Semen Padang ngegolin kamu sorak!!! Mau kamu digebukin satu stadion??" ancam saya. Dilema pacar saya pun memuncak ketika semen padang hampir buat gol, sepertinya dia menahan teriakan dukungannya. Saya cubit tangannya dan mengingatkan larangannya. Penyiksaan batin. Hehe. Untungnya saat itu persib menang 1-0.
Dan saat pulang ketika makan terlebih dahulu di rumah makan padang depan stadion. Saya pun nunjuk si adek yang pake baju persib nyanyi yel-yel bobotoh. Dia anak orang padang tapi nyanyi dukungan buat persib.
Banyak hal yang membuat saya bangga menjadi bobotoh, bukan hanya sebagai URANG SUNDA, tapi karena CINTA
0 komentar:
Posting Komentar